Trem listrik di Batavia dioperasikan oleh Batavia Electrische Tram Maatschappij (BETM), dan mulai mengoperasikan trem dengan lokomotif listrik pada April 1899. Sementara Belanda baru mengoperasikan lokomotif trem listrik pada Juli 1899 yang menghubungkan jalur Haarlem-Zandvoort. Bila mengulik ke sejarah masa silam, hadirnya trem listrik adalah untuk menggantikan keberadaan trem berlokomotif uap.
Karena membutuhkan instalasi jalur tiang listrik diatas rel, maka pembangunan jalur trem listrik dilakukan secara bertahap. Setidaknya butuh waktu 18 tahun bagi BETM untuk mempersiapkan jalur rel listrik. Jalur trem listrik BETM berawal dari Stasiun trem di selatan Stasiun Beos Lama langsung menuju Goenoeng Saharie Weg melalui Jacatra Weg (Jl. P. Jayakarta), kemudian melintasi Kemayoran, Pasar Senen, belok kanan di daerah Kramat menuju Gondangdia, memutari Tanah Abang, lewat di belakang Museum Gajah (Jl. Abdul Muis), dan berakhir di depan tempat hiburan kelas wahid, Societeit de Harmonie.
Atas perintah presiden pertama RI, Soekarno kepada Gubernur Jakarta Sudiro, pada awal tahun 1960 dilakukan pembongkaran pada jalur trem yang membentang 40 km di Jakarta. Pembongkaran jalur trem menjadikan berakhirnya masa kejayaan trem di Ibu Kota, yang jika ditilik dari aspek historis merupakan ‘nilai’ yang tak tergantingkan, mengingat debut jalur trem sudah ada sejak 1869 (era trem kuda). Menurut Soekarno, trem sebagai moda angkutan massa di Jakarta tidak cocok, ia lebih setuju pembangunan jaringan kereta bawah tanah untuk Jakarta.