Sejarah Lahirnya Muhammadiyah di Indonesia

Pada akhir abad ke-19, islam sebagai agama mayoritas di Indonesia saat itu banyak dipengaruhi oleh ajaran mistik, kepercayaan animisme, dan sinkretisme yang menggabungkan unsur-unsur agama Hindu, Buddha, dan kepercayaan lokal. Selain itu, penjajahan Belanda memberikan pengaruh yang besar terhadap sistem sosial dan politik. Di sisi lain, pendidikan dan kehidupan ekonomi masyarakat pribumi masih tertinggal jauh dibandingkan dengan orang-orang Belanda dan kaum elit pribumi yang telah terpengaruh oleh budaya Barat. situasi seperti ini, muncul beberapa ulama dan pemikir Muslim yang merasa perlu adanya gerakan reformasi untuk memurnikan ajaran Islam dan mengembalikannya pada ajaran yang lebih sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadis. Salah satu tokoh yang sangat berpengaruh dalam konteks ini adalah KH Ahmad Dahlan.

Lahir dengan nama Muhammad Darwis pada 1 Agustus 1868 di Kampung Kauman, Yogyakarta. Ahmad Dahlan berasal dari keluarga ulama yang terhormat. Ayahnya, KH Abu Bakar, adalah seorang imam di Masjid Gede Kauman, yang merupakan pusat kegiatan keagamaan di Yogyakarta. Sejak kecil, Ahmad Dahlan telah mendapatkan pendidikan agama yang mendalam.

Pada usia 15 tahun, Ahmad Dahlan pergi ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji dan sekaligus memperdalam ilmu agama. Di sana, ia bertemu dengan berbagai ulama terkemuka yang memberikan pengaruh besar pada pemikirannya. Di Makkah, Ahmad Dahlan mulai berkenalan dengan pemikiran pembaruan Islam yang dipelopori oleh tokoh-tokoh seperti Muhammad Abduh dan Jamaluddin Al-Afghani, yang menekankan pentingnya ijtihad, rasionalitas, dan kembali kepada ajaran Islam yang murni.

Sekembalinya dari Makkah, Ahmad Dahlan mulai mengajar dan menyebarkan ajaran-ajaran yang berusaha untuk memperbaharui cara pandang umat Islam di Indonesia. Dia sering mengkritik praktik-praktik keagamaan yang dianggapnya tidak sesuai dengan ajaran Islam, seperti ritual-ritual yang lebih bersifat tradisi lokal dari pada agama. Ia menyadari bahwa diperlukan sebuah organisasi untuk mewadahi gerakan pembaruan Islam yang dia gagas. Pada 18 November 1912, di Yogyakarta, ia mendirikan Muhammadiyah, sebuah organisasi yang bertujuan untuk mengembalikan ajaran Islam kepada Al-Qur’an dan Hadis, serta memurnikan praktek keagamaan dari unsur-unsur yang tidak sesuai dengan syariat Islam seperti praktek bid’ah dan syirik.

Nama Muhammadiyah diambil dari nama Nabi Muhammad SAW sebagai simbol bahwa organisasi ini ingin meneladani ajaran dan perilaku Nabi. Muhammadiyah sejak awal berusaha mengedepankan dakwah dengan pendekatan yang rasional dan modern. Salah satu fokus utama Muhammadiyah adalah pendidikan. Hal ini tercermin dari upaya KH Ahmad Dahlan mendirikan sekolah-sekolah yang tidak hanya mengajarkan ilmu agama, tetapi juga ilmu pengetahuan umum seperti matematika, ilmu sosial, dan bahasa asing.

Muhammadiyah berkembang pesat di berbagai daerah di Indonesia. Organisasi ini menarik perhatian pemerintah kolonial Belanda yang mulai melihatnya sebagai ancaman, mengingat Muhammadiyah tidak hanya bergerak di bidang agama, tetapi juga menyentuh aspek sosial, pendidikan, dan ekonomi. Namun, KH Ahmad Dahlan dan para pengikutnya selalu menekankan bahwa Muhammadiyah bukan organisasi politik, melainkan organisasi yang bergerak di bidang keagamaan dan sosial. Meski begitu, Muhammadiyah banyak memberikan pengaruh terhadap kesadaran nasionalisme di kalangan umat Islam.

Sejak awal berdirinya, Muhammadiyah menetapkan beberapa tujuan utama, antara lain:

  1. Pemurnian Ajaran Islam: Muhammadiyah berupaya untuk memurnikan ajaran Islam dari unsur-unsur bid’ah, khurafat, dan tahayul yang banyak terjadi di masyarakat saat itu.
  2. Pendidikan: Muhammadiyah sangat menekankan pentingnya pendidikan. KH Ahmad Dahlan mendirikan sekolah-sekolah yang tidak hanya berfokus pada ilmu agama, tetapi juga memberikan pendidikan umum agar umat Islam mampu bersaing di dunia modern.
  3. Kesehatan dan Sosial: Selain pendidikan, Muhammadiyah juga mendirikan rumah sakit dan lembaga-lembaga sosial untuk membantu masyarakat yang kurang mampu. Program sosial ini diharapkan bisa meningkatkan kesejahteraan umat dan membantu mereka keluar dari kemiskinan.
  4. Dakwah dan Pemberdayaan Umat: Muhammadiyah melakukan dakwah yang tidak hanya terbatas pada mimbar-mimbar masjid, tetapi juga melalui berbagai media dan pendekatan yang modern. Organisasi ini juga mendorong pemberdayaan umat dalam bidang ekonomi dan sosial.

Muhammadiyah memberikan kontribusi besar terhadap perkembangan Islam dan masyarakat di Indonesia. Organisasi ini berperan penting dalam pendidikan modern di kalangan umat Islam, memperkenalkan konsep pendidikan yang seimbang antara ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum. Selain itu, melalui berbagai program sosialnya, Muhammadiyah telah membantu mengangkat kesejahteraan masyarakat dan mengurangi ketimpangan sosial. Di bidang keagamaan, Muhammadiyah terus memperjuangkan pemurnian ajaran Islam dan menolak segala bentuk praktik yang tidak sesuai dengan syariat. Hingga kini, Muhammadiyah tetap menjadi salah satu organisasi Islam yang paling berpengaruh di Indonesia.

Referensi

Suyatno, H. (2011). *KH Ahmad Dahlan: Tokoh Pembaruan Islam di Indonesia

Noer, Deliar. (1996). Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942. Jakarta: LP3ES.