Art and Crafts Movement: Revolusi Kreatif Abad 19

Arts and Crafts Movement adalah gerakan sosial dan seni di akhir abad ke-19 Masehi. Gerakan yang lahir di Inggris ini merupakan respon atas dampak buruk revolusi industri pada kehidupan sosial dan estetik masyarakat Inggris ketika itu. Dengan mengangkat tradisi seni Eropa abad pertengahan, Art and Crafts Movement ingin membangkitkan lagi kehidupan dan tradisi seni klasik yang penuh kegairahan di tengah masyarakat. Sebagai penawar kejenuhan yang diberikan oleh sistem produksi industri.

“Fine Art is that in which the hand, the head, and the heart of man go together.”
– John Ruskin, 1870-
Konon, ungkapan dari John Ruskin tersebut menjadi salah satu gagasan terpenting di akhir abad ke-19. Ide itu menjadi ruh dari munculnya Art dan Crafts Movement, yang salah satunya digawangi oleh William Morris, seorang reformis dan desainer. Gagasan itu menjadi penting, karena adanya pergeseran kondisi sosial yang terjadi pada waktu itu. Revolusi Industri membawa dampak besar bagi kemajuan Inggris. Modernisasi produk, produksi cepat dan massals serta tingkat harga yang rendah menjadi hal-hal yang cukup diunggulkan. Akan tetapi, revolusi itu ternyata membawa dampak juga. Dampak yang mungkin tidak tampak secara ekonomi, tetapi justru sangat terasa secara sosial.
Para pemikir pada masa itu, mempercayai bahwa produksi massal yang ditawarkan Revolusi Industri telah membawa masyarakat pada bentuk dekadensi moral, taste– cita rasa, dan sisi personalitas. John Ruskin sebagai salah satu tokoh pemikir yang ikut mengkritisi kondisi tersebut, menawarkan sebuah gagasan tentang hubungan antara kesehatan sosial suatu bangsa dengan bagaimana cara barang-barang kebutuhan mereka diproduksi. Dengan kata lain, semakin berkualitas suatu barang – baik itu proses produksinya, material dan outputnya, maka akan sehat juga kondisi sosial suatu masyarakat atau bangsa.
Untuk urusan proses produksi, Ruskin juga berpendapat bahwa dengan memisahkan antara kegiatan mendesain dan produksi, secara tidak langsung akan merusak aspek sosial dan estetika. Artinya, seorang desainer, haruslah terlibat dalam proses produksi produk desainnya, dari hulu sampai hilir. Sebaliknya, seorang pengrajin atau artisan juga seharusnya terlibat dalam proses perancangan suatu produk dari hulu sampai hilir.
William Morris, salah satu tokoh penting di Arts and Crafts Movement, mengungkapkan bahwa gerakan ini salah satunya memang bertujuan untuk membangkitkan kembali dunia kerajinan – handycraft dan aspek craftmanship pada para pengrajin dan masyarakat Inggris. Suatu aspek yang telah lama menguap seiring dengan laju gelombang mesin yang dibawa oleh Revolusi Industri.
Meskipun demikian, baik Morris maupun gerakan Arts and Crafts sebenarnya bukanlah sama sekali anti terhadap proses industri dan mesin-mesin produksinya. Hal yang lebih diperhatikan adalah bagaimana sistem produksi industri memperlakukan para buruh layaknya mesin. Sebagai dampaknya, para masyarakat kelas pekerja atau buruh industri, terjebak pada rutinitas menjemukan yang sangat repetitif. Inilah yang kemudian dianggap sebagai dekadensi dari kehidupan sosial dan kualitas hidup masyarakat Inggris ketika itu.
Melalui kampanye-kampanye yang dilakukan dalam berbagai bentuk, gerakan Arts and Crafts ingin membebaskan masyarakat kelas pekerja dari rutinitas itu. Para simpatisan gerakan itu ingin mengajak masyarakat pada proses produksi klasik, di mana mereka akan terlibat langsung pada proses kreatif dari awal sampai akhir. Dengan cara ini, mereka percaya dapat merubah hidup seseorang menjadi lebih aktif, sehat dan kreatif.
Gagasan ini terus menyebar dan mendapat simpati dari berbagai pihak. Banyak yang terdorong dan terinspirasi oleh gagasan dari gerakan Arts and Crafts tersebut. Antara tahun 1895 hingga 1905, banyak organisasi dan workshop yang muncul dengan membawa semangat perubahan tersebut. Sekolah-sekolah seni baru yang progresif juga muncul di kota-kota seperti London, Glasgow dan Birmingham. Begitu pun munculnya lagi tehnik-tehnik klasik, seperti enamelling, emboridery dan calligraphy. Mereka pun tidak hanya aktif berkarya tetapi juga menjalin kerja sama dengan berbagai pabrik dan toko-toko besar dalam hal pemasaran dan distribusi barang. Kerjasama di bidang distribusi dan komersial ini, secara tidak langsung juga membantu menyebarluaskan gagasan tersebut secara lebih luas.
Meskipun semangat dan gagasannya sudah tersebar luas, namun para praktisi gerakan ini lebih banyak memfokuskan ativitas mereka di komunitas pedesaan. Dan hanya memanfaatkan kota sebagai ruang distrubusi dan komersial. Alasannya karena mereka memandang bahwa gagasan dari Arts and Crafts ini lebih memiliki dampak yang signifikan terhadap ekonomi pedesaan. Di mana selama hampir puluhan tahun, mengalami kemunduran ekonomi, sejak lahan-lahan produktif dibangun pabrik-pabrik besar. Gerakan ini kemudian berhasil menciptakan lapangan pekerjaan untuk para warga lokal. Sekaligus membentuk lingkungan-lingkungan kreatif, di mana para pria dan wanita memiliki hak yang sama untuk berperan aktif dalam mengembangkan gaya-gaya desain yang baru, baik sebagai pengrajin, desainer ataupun konsumen.
Menjelang abad ke-20, penerimaan gerakan Arts and Crafts semakin meluas dan menyebar di seluruh wilayah di Eropa. Bahkan semangat dan gagasan dari gerakan ini pun menjadi semacam gaya hidup masyarakat Eropa ketika itu. Hal ini menjadi suatu indikasi penting adanya pergeseran pandangan, selera dan ketertarikan yang baru terhadap dunia seni dan desain. Dan fenomena ini menjadi titik penting dari kelahiran gaya artistik baru yang kelak disebut sebagai Art Nouveau.