- PENDAHULUAN
Bung Tomo lahir di Surabaya tanggal 3 Oktober 1920 dengan nama Sutomo. Berasal dari keluarga menengah, ayahnya seorang pegawai pemerintahan bernama Kartawan Tjiptowidjojo dan ibunya bernama Subastita. Bung tomo terkenal dengan orasinya yang bisa membangkitkan semangat para pejuang kemerdekaan Indonesia. Bakat orasi yang dimiliki oleh Bung Tomo dimulai sejak dia berumur 17 tahun. Bung Tomo bergabung dalam organisasi yang sekarang dikenal sebagai Pramuka. Kemudian Bung Tomo berprofesi sebagai jurnalis, Ia antaranya menjadi jurnalis lepas untuk harian “Soeara Oemoem”, harian berbahasa Jawa “Ekspres”, Mingguan “Pembela Rakyat”, dan majalah “Poestaka Timoer”. karirnya sebagai jurnalis tebilang bagus dimana pada umur 18 tahun Bung Tomo diangkat menjadi direktur mingguan “Pembela rakyat” karena tulisannya mampu menghasilkan berita yang kritis, tidak memihak dan mudah untuk dicerna oleh pembaca, bahkan tulisannya ditunggu tunggu oleh masyarakat Surabaya. Tulisan-tulisannya berani mengkritik pemerintahan Kolonial Belanda pada saat itu dan mengajak masyarakat untuk berani melawan penjajah. - PADA SAAT KEMERDEKAAN
Pada tahun 1944 Bung Tomo terpilih menjadi anggota ‘Gerakan Rakyat baru” dan pengurus “Pemuda Republik Indonesia” di Surabaya. Gerakan ini mendapatkan dukungan dari Jepang dengan tujuan menggusir pemerintahan Kolonial Belanda dari Indonesia. Posisi yang dimiliki oleh Bung Tomo menjadikannya mendapatkan akses untuk menggunakan radio-radio pada saat itu. Disinilah momen dimana peran sangat penting Bung Tomo dalam berorasi membangkitkan semangat para pejuang muda Indonesia untuk melawan penjajah dan mempertahankan Kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945. Kejadin ini sangat terkenal dalam sejarah Indonesia yaitu kejadian 10 November di Surabaya. Pada kejadian ini Indonesia melawan Inggris yang mencoba mengambil alih kemerdekaan Indonesia.
Pertempuran 10 November 1945 adalah ikon revolusi kemerdekaaan Indonesia, sedangkan Bung Tomo adalah ikon dari Pertempuran 10 November 1945. “Allahu akbar! Merdeka!” adalah kata-kata penutup pidatonya yang masih sering dikenang orang. Para pemuda Indonesia yang bekerja di radio Jepang yang berada di Surabaya mengambil alih fasilitas radio tidak lama setelah kemerdekaan diproklamasikan. Salah satu kelompok yang berpartisipasi adalah Pimpinan Pemberontakan Rakyat Indonesia (PPRI), yang dipimpin oleh Bung Tomo. - SETELAH KEMERDEKAAN
Antara tahun 1950–1956, Bung Tomo masuk dalam Kabinet Perdana Menteri Burhanuddin Harahap sebagai Menteri Negara Urusan Bekas Pejuang Bersenjata/Veteran, merangkap Menteri Sosial (Ad Interim).Bung Tomo kemudian menjadi anggota anggota Konstituante mewakili Partai Rakyat Indonesia sejak 1956. Dia menjadi wakil rakyat hingga badan tersebut dibubarkan Soekarno lewat Dekrit Presiden 1959. Sutomo memprotes keras kebijakan Soekarno tersebut, termasuk membawanya ke pengadilan, meskipun akhirnya kalah. Akibatnya, perlahan dia menarik diri dari dunia politik dan pemerintahan. Pada awal Orde Baru, Bung Tomo kembali muncul sebagai tokoh yang mulanya mendukung Suharto. Namun, sejak awal 1970-an, ia mulai banyak mengkritik program-program Suharto, termasuk salah satunya proyek pembangunan Taman Mini Indonesia Indah. Akibatnya pada 11 April 1978 ia ditangkap dan dipenjara selama setahun atas tuduhan melakukan aksi subversif.
Setelah Keluar dari Penjara Bung Tomo tidak lagi masuk ke dalam dunia politik. Bung Tomo menghabiskan waktu untuk keluarga dan agama. Pada akhir hayatnya Bung Tomo meniggal pada saat melaksanakan ibadah haji di Mekkah. Namun pesan beliau bahwa Bung Tomo minta dikuburkan di pemakaman umum di daerah Ngagel Surabaya. - GELAR PAHLAWAN NASIONAL
Bung Tomo resmi dikukuhkan menjadi Pahlawan Nasional pada peringatan Hari Pahlawan tahun 2008 di Istana Merdeka. Sang istri, Ny. Sulistina, menerima langsung surat keputusan bernomor 041/TK/Tahun 2008 yang diserahkan presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
KARIER BUNG TOMO SEMASA HIDUP
- Karier Masa Muda
1. Anggota Gerakan Kepanduan Bangsa Indonesia Kelas I (yang pertama untuk Jawa Timur, sedangkan yang kedua untuk seluruh Indonesia);
2. Sekretaris Partai Indonesia Raya (Parindra) Ranting Anak Cabang di Tembok Duku, Surabaya sekitar tahun 1937;
3. Wartawan lepas Harian Soeara Oemoem di Surabaya tahun 1937;
4. Redaktur Mingguan Pembela Rakyat di Surabaya tahun 1938;
5. Ketua kelompok sandiwara Pemuda Indonesia Raya di Surabaya tahun 1939;
6. Wartawan dan penulis pojok Harian Ekspres di Surabaya tahun 1939;
7. Pembantu koresponden Majalah Poestaka Timoer Jogjakarta untuk Surabaya di bawah asuhan Anjar Asmara tahun 1940;
8. Wakil pemimpin redaksi Kantor Berita Domei bagian bahasa Indonesia untuk seluruh Jawa Timur di Surabaya tahun 1942–1945;
9. Pemimpin redaksi Kantor Berita Antara di Surabaya tahun 1945. - Karier pada Masa Revolusi Fisik 1945–1949
1. Ketua Umum Barisan Pemberontak Rakyat Indonesia (BPRI) sejak 12 Oktober 1945–Juni 1947 (dilebur di dalam Tentara Nasional Indonesia);
2. Anggota Dewan Penasihat Panglima Besar Jenderal Sudirman;
3. Ketua Badan Koordinasi Produksi Senjata di seluruh Jawa dan Madura; Dilantik oleh Presiden Soekarno sebagai anggota pucuk pimpinan Tentara Nasional Indonesia (TNI), bersama dengan Jenderal Sudirman, Letnan Jenderal Oerip Soemohardjo, Komodor Soerjadarma, dan Laksamana Nazir. Dia diberikan pangkat Mayor Jenderal TNI Angkatan Darat dengan tugas mengkoordinasikan angkatan darat, angkatan laut, dan angkatan udara di bidang informasi dan perlengkapan perang;
5. Anggota Staf Gabungan Angkatan Perang Republik Indonesia;
6. Ketua Panitia Angkatan Darat yang membawahi bidang kereta api dan bus antarkota, dengan tugas mengkoordinasikan semua alat angkutan darat di wilayah Republik Indonesia (RI) dan bertanggung jawab langsung kepada Panglima Besar TNI; Membuat siaran pengumuman panggilan masuk kemiliteran RI yang pertama.
referensi
- Frederick, William H. 1982. “In Memoriam: Sutomo”. Indonesia. Cornell University
- Sutomo, Sulistina .1995. Bung Tomo, Suamiku. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
- Waid, Abdul. Bung Tomo: Hidup dan Mati Pengobar Semangat Tempur 10 November.
- https://www.gramedia.com/literasi/biografi-bung-tomo/ diakses mei 2024