Sebuah kelompok dapat memengaruhi individu, begitu pula sebaliknya (Henslin, 2005: 161). Proses tersebut kemudian mempengaruhi tindakan, proses, dan perubahan yang terjadi didalam dan diantara kelompok dari waktu ke waktu (Forsyth, 2010: 2). Keseluruhan proses ini disebut dinamika kelompok. Unsur-unsur yang berkaitan dengan terjadinya dinamika kelompok:
1. Kepemimpinan
Kelompok sosial memiliki suatu tujuan yang hendak dicapai bersama. Oleh karena itu, pengorganisasian kelompok perlu dilakukan secara optimal agar tujuan bersama dapat tercapai. kehadiran pemimpin dalam sebuah kelompok menjadi penting. Secara umum pemimpin merupakan orang yang memiliki pengaruh dan berpengaruh bagi orang lain (Henslin, 2005: 165).
Fungsi pemimpin dalam sebuah kelompok secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua. Pertama, instrumental yang berarti berorientasi pada tujuan atau tugas. Fungsi ini diperlukan ketika kelompok menyelesaikan tugas untuk mencapai tujuan tertentu. Kedua, ekspresif yang berarti memberikan dukungan emosional bagi anggota. Fungsi ini diperlukan ketika kelompok dihadapkan dengan masalah emosional, solidaritas, kerukunan, dan semangat kerja yang tinggi. Selain memiliki fungsi tertentu, setiap pemimpin memiliki cara memimpin yang berbeda. Kondisi ini disebut dengan gaya kepemimpinan. Beberapa gaya kepemimpinan secara umum sebagai berikut.
a. Otoriter, yaitu pemimpin yang membuat semua keputusan sendiri dan anggota kelompok hanya melaksanakan tugas yang diberikan.
b. Demokratis, yaitu mendorong diskusi kelompok dan pengambilan keputusan dilakukan melalui kesepakatan/mufakat.
c. Laissez faire, yaitu pemimpin hanya sedikit terlibat dalam pengambilan keputusan dan mendorong anggota kelompok membuat keputusan sendiri.
2. Organisasi
Pada umumnya organisasi memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan kelompok. Akan tetapi, keeratan hubungan antaranggota dalam organisasi cenderung impersonalitas dan profesional. Oleh karena itu, organisasi mengarah pada kelompok sekunder yang bersifat formal yang memiliki birokrasi. Birokrasi berkaitan dengan sistem dalam organisasi yang terbentuk dari wewenang bertingkat, pembagian kerja, dan aturan yang jelas. Karakteristik tersebut menjadikan organisasi banyak berkembang di tengah masyarakat karena keberadaannya berjalan secara terarah, lebih efisien, dan dinilai membawa manfaat. Kehidupan sosial dalam masyarakat bersinggungan erat dengan organisasi. Ada banyak organisasi dalam ruang-ruang kehidupan sosial yang kalian tempati. Misalnya, di bidang pendidikan, ekonomi, hukum, dan politik. Kalian harus memahami sistem yang berlaku di tiap-tiap bidang kehidupan tersebut. Keterlibatan kalian melalui partisipasi dan keteladanan sikap dalam organisasi sangat dibutuhkan. Oleh karena itu, jadilah pemuda yang memenuhi kriteria Profil Pelajar Pancasila dengan mengedepankan nalar kritis dalam bersikap dan berperilaku dalam kehidupan sehari-hari.
3. Jaringan Sosial
Jaringan sosial dapat mempercepat dinamika kelompok, apalagi dengan adanya kemajuan teknologi komunikasi dan informasi saat ini. Kalian dapat mengakses berbagai informasi di mana pun dan kapan pun melalui gawai dan koneksi internet. Potensi membangun jejaring sosial tersebut dapat dimanfaatkan ke arah positif. Akan tetapi, apabila tidak digunakan secara bijak, potensi tersebut dapat mengarah pada dampak negatif.
4. Konformitas
kelompok juga memberikan pengaruh penting dalam pembentukan sikap dan perilaku para anggotanya. Kondisi tersebut tidak selalu membawa dampak positif. Terkadang, hubungan sosial yang dibangun justru mengarah pada dampak negatif. Misalnya, terdapat anggota kelompok yang tidak menaati nilai dan norma yang berlaku. Akan tetapi, kelompok sosial justru menekan anggotanya untuk menaati atau bersikap sesuai nilai dan norma tertentu. Oleh karena itu, konformitas dalam dinamika kelompok sosial menjadi penting untuk kita pelajari.
Konformitas merupakan proses mempertahankan atau mengubah perilaku untuk mematuhi nilai dan norma yang berlaku. Agar dapat diterima, individu harus beradaptasi dengan bersikap sesuai harapan kelompoknya. Akan tetapi, pada kondisi tertentu seseorang juga bisa mempertahankan pandangan pribadinya dan menentang sikap yang diharapkan oleh kelompoknya. Misalnya, fenomena body shaming (menghina kondisi fisik orang lain). Pelaku body shaming biasanya memiliki standar kecantikan tertentu. Ketika body shaming terjadi dalam sebuah kelompok, korban dan beberapa anggota lain mungkin tetap diam dan menerima perbuatan tersebut. Bahkan, sebagian korban berupaya melakukan berbagai cara agar penampilan dirinya berubah dan bisa diterima sesuai standar kecantikan kelompok tersebut. Akan tetapi, pada kondisi tertentu korban dan anggota kelompok lain mengambil sikap untuk menentang perbuatan tersebut.
Reference
Forsyth, Donelson R. (2010). Group Dynamics: Fifth Edition. Belmont: Wadsworth, Cengage Learning
Henslin, James M. (2005). Sociology: A Down to Earth Approach: Seventh Edition. USA: Pearson Education.
Joan, Hesti dan Seli Septiana. 2021. Sosiologi: Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Jakarta