Kehidupan Bangsa Indonesia Pada Masa Kolonialisme (Part 1)

Masa kolonialisme di Indonesia dimulai sejak datangnya bangsa Portugis dan Spanyol ke Indonesia. Kolonilaisme adalah bentuk pengaruh yang dilakukan oleh suatu bangsa atau kerajaan terhadap bangsa atau kerajaan yang lebih kecil dan lebih lemah dalam bentuk penjajahan dan penguasaan serta exploitasi sumber daya alam serta tenaga kerja dengan tujuan untuk keuntungan ekonomi mereka sendiri, biasanya hasil alam akan dibawa kedaerah asal mereka.

Kedatangan bangsa Portugis dan Spanyol ke Indonesia disebabkan karena beberapa faktor, yaitu:

1. Mencari tempat penghasil rempah-rempah (spiceisland).

2. Jatuhnya Kota Konstantinopel pada tahun 1453 ke tangan Turki Usmani yang menyebabkan ditutupnya pelabuhan tersebut bagi pelayaran bangsa Barat.

3. Dorongan gold (kekayaan), glory (kejayaan) dan gospel (menyebarkan agama).

4. Kemajuan teknologi maritim seperti penemuan kompas, teleskop, peta dunia dan kapal uap.

5. Membuktikan teori Copernicus yang menyatakan bahwa bumi itu bulat. Hal ini nanti terbukti pada saat rombongan penjelajah Spanyol yang dipimpin oleh Ferdinand Magellan yang dilanjutkan oleh Sebastian del Cano berhasil kembali ke Spanyol. Peristiwa lain yang membuktikan bahwa bumi itu bulat adalah saat Portugis dan Spanyol sampai di Maluku.

6. Terinspirasi dari kisah perjalanan dari Marcopolo dalam The Travels of Marcopolo (1300) yang ditulis dalam buku ImagoMundi.

A. Kedatangan Bangsa Portugis Ke Indonesia

Portugis termasuk bangsa Eropa yang pertama-tama melakukan penjelajahan dalam bidang pelayaran. Yang melatarbelakangi penjelajahan menggunakan kapal layar oleh bangsa Portugis ini dikarenakan semangat Reconquiseta. Yaitu semangat untuk membersihkan tanah dan bangsa mereka dari bangsa Arab dan membebaskan daerah Kristen lainnya yang masih dikuasai oleh umat Islam. Hal ini tidak bisa dipisahkan dari terjadinya Perang Salib di Eropa.

Beberapa penjelajah yang terkenal berkebangsaan Portugis yang melakukan pelayaran antara lain:

1. Bartolomeuz Diaz (1486) dan sampai ke ujung selatan Benua Afrika yang kemudian dinamakan dengan TanjungPengharapan.

2. Vasco da Gama (1498), melanjutkan pelayaran dari Tanjung Pengharapan dan sampai ke Calikut,India.

3. Alfonso D’albuquerque yang berhasil menguasai Malaka tahun 1511.

4. D’Abreu tahun 1512 Portugis telah sampai di Maluku.

Perkembangan teknologi pelayaran yang maju bangsa Portugis menjadikan mereka menjadi bangsa yang kuat. Portugis berhasil membentuk sebuah imperium laut, yaitu penguasaan atas jalur-jalur niaga yang melalui Laut Cina Selatan, Selat Malaka dan Samudera Hindia. Jalur perniagaan yang sebelumnya berakhir di laut Tengah dan Teluk Persia dibelokkan ke Tanjung Harapan dan harus berakhir di Lisabon.

Adapun strategi Portugis untuk membangun imperium-imperium mereka antara lain:

1. Angkatan laut yang siap menjelajahi samudera.

2. Benteng-benteng pokok di sepanjang pantai.

Adapun benteng-benteng tersebut adalah Mozambique, Sokotra, Aden, Ormuz, Diu, Goa, Malaka, Maluku. Pusat dari benteng-benteng tersebut adalah Goa.

Motif agama juga menjadi salah satu tujuan dari Portugis untuk menjelajah. Penyebaran agama Katolik sengaja dilakukan untuk mengimbangi penyebaran agama islam. Salah satu cara yang dilakukan untuk menyebarkan agama Katolik adalah dengan mengawini wanita-wanita tempat mereka menjelajah. Salah satu penyebarnya di Indonesia adalah fransiscus Xaverius.

Pada tahun 1522 Portugis datang ke Padjajaran di bawah pimpinan Henry Leme dan disambut baik oleh Padjajaran dengan maksud agar Portugis mau membantu dalam menghadapi ekspansi Demak. Terjadilah Perjanjian Sunda Kelapa (1522) antara Portugis dan Padjajaran, yang isinya sebagai berikut:

1. Portugis diijinkan mendirikan benteng di Sunda Kelapa,

2. Padjajaran akan menerima barang-barang yang dibutuhkan dari Portugis termasuk senjata.

3. Portugis akan memperoleh lada dari Padjajaran menurut kebutuhannya.

Awal tahun 1527 Portugis datang lagi ke Pajajaran untuk melaksanakan Perjanjian Sunda Kelapa, namun disambut dengan pertempuran oleh pasukan Demak di bawah pimpinan Fatahillah. Pertempuran berakhir dan namanya diganti menjadi Jayakarta, artinya pekerjaan yang jaya (menang). Selain di Sunda Kelapa, Portugis juga mendapatkan perlawanan dari penguasa setempat seperti di Aceh dan Ternate.