Kelompok Sosial: Pengertian, Perkembangan, dan Pengelompokan

A. pengertian Kelompok Sosial

Kelompok sosial dapat terbentuk ketika individu-individu saling berinteraksi, mengenal, menemukan kesamaan, dan menyadari kesamaan tujuan yang hendak dicapai. Kelompok sosial terbentuk atas dasar kesamaan kepentingan, tempat tinggal, keturunan, pengalaman, dan ideologi tertentu. Sementara itu, tujuan yang mendorong pembentukan kelompok di antaranya keinginan untuk meneruskan keturunan, memenuhi kebutuhan hidup, dan memperoleh efektivitas kerja.

Sebuah kelompok sosial dapat mencapai tujuannya jika terdapat norma yang disepakati dan ditaati bersama. Selain itu, pembagian tugas atau peran antaranggota di dalamnya harus berjalan baik. menjalin interaksi sosial antaranggota kelompok menjadi sangat penting. Interaksi sosial yang baik dapat menciptakan rasa saling memahami, mempermudah koordinasi, dan mendorong terciptanya solusi atas berbagai kendala dalam kelompok.

Jadi dapat disimpulkan bahwa Kelompok sosial merupakan unit dasar dalam masyarakat yang terbentuk dari individu yang memiliki hubungan sosial yang terstruktur. Kelompok sosial ini dapat berupa keluarga, teman sebaya, komunitas, organisasi, atau kelompok-kelompok lainnya. Anggota kelompok sosial ini saling berinteraksi, saling memengaruhi, dan memiliki kesadaran sebagai bagian dari kelompok tersebut.

B. perkembangan Kelompok Sosial

Kelompok sosial tidak terbentuk dengan sendirinya, tetapi melalui beberapa proses sosial. Selain itu, cerita tersebut juga menunjukkan seorang anggota dapat berpindah keanggotaan kelompok. Bahkan, pada kondisi tertentu kelompok sosial bisa mengalami pembubaran.

Suatu kelompok sosial dapat mengalami perkembangan. Bruce W. Tuckman merupakan salah satu tokoh yang mengemukakan tahapantahapan dalam perkembangan tersebut, yaitu forming, storming, norming, performing, dan adjourning (Forsyth, 2010: 20). Tahapan perkembangan kelompok dapat memudahkan kalian mengidentifikasi kondisi suatu kelompok sosial. Dengan demikian, kalian bisa mengambil sikap dan berpartisipasi aktif dalam memelihara keberlangsungan kelompok sosial.

Perkembangan kelompok diawali dengan fase pembentukan (forming). Pada fase forming setiap anggota kelompok mulai saling mengenal, mendalami karakteristik satu sama lain, dan menunjukkan citra positif agar bisa diterima dengan baik. Proses tersebut tidak selalu berjalan dengan baik. Terkadang terdapat perbedaan pendapat, ide, ataupun tujuan antaranggota kelompok. Perbedaan tersebut dapat memicu terjadinya konflik dalam kelompok. Tahap inilah yang disebut dengan fase storming.

Sementara itu, apabila konflik bisa teratasi dengan membangun norma, struktur, dan sistem yang disepakati bersama, fase adjourning dapat dihindari dan berubah menuju fase norming. Fase-fase tersebut dapat terjadi berulang hingga antaranggota kelompok dapat menyelesaikan masalah dengan berkonsentrasi pada pekerjaan dan peran masing-masing. Pada fase performing antaranggota kelompok dapat menunjukkan kinerja yang optimal dan mempertahankan kondisi kelompok. Akan tetapi, pada kondisi tertentu suatu kelompok juga dapat mengalami pembubaran (adjourning) ketika konflik dan perbedaan tidak diselesaikan secara baik. Dengan demikian, adjourning tidak harus selalu berada di akhir fase perkembangan kelompok. Potensi adjourning juga akan selalu ada di fase forming, norming, dan performing.

C. Pengelompokan Sosial

Kelompok (group) merupakan dua atau lebih individu yang dihubungkan oleh dan dalam hubungan sosial (Forsyth, 2010:3). Sementara itu, pengelompokan atau kategori (category) merupakan sejumlah orang yang mungkin belum pernah bertemu satu sama lain tetapi memiliki karakteristik yang sama (seperti tingkat pendidikan, usia, ras, atau jenis kelamin) (Kendall, 2015:140).

Pengelompokan perlu dilakukan agar kita lebih mudah mengidentifikasi kondisi masyarakat yang kompleks. Akan tetapi, terkadang pengelompokan sosial mendorong terciptanya labelisasi tertentu. Akibatnya, sebagian orang mengelompokkan keberadaan orang lain dengan standar tertentu, yaitu berdasarkan persepsi atau pemahaman yang melekat pada pemikiran mereka. Labelisasi ini tidak jarang bercampur dengan prasangka sehingga menjadi alasan bagi mereka untuk memisahkan diri dengan orang lain. Oleh karena itu, kalian perlu berpikir kritis ketika memosisikan diri dalam kehidupan masyarakat. Kalian tidak boleh mudah terpengaruh dengan labelisasi atau prasangka yang belum tentu kebenarannya. Dengan demikian, kalian tidak mudah terpecah belah dan bisa turut serta dalam memelihara persatuan dalam masyarakat.

Referensi

Kendall, D. (2015). Sociology in Our Times (10th ed.). CENGAGE Learning Custom Publishing.

Forsyth, Donelson R. (2010). Group Dynamics: Fifth Edition. Belmont: Wadsworth, Cengage Learning.

Badan Pusat Statistik (BPS). (2020). Statistik Kriminal 2020. Jakara: BPS RI.