Kerajaan Singasari – Sejarah Lengkap Kerajaan Nusantara

Awal Berdiri

Kerajaan Singasari (Hanacaraka: ꦏꦫꦠꦺꦴꦤ꧀ꦱꦶꦔ꧀ꦲꦱꦫꦶ ) merupakan kerajaan yang terletak di daerah Jawa Timur (dekat Kota Malang). Singasari atau sering pula ditulis Singhasari atau Singosari, didirikan oleh Ken Arok. Menurut kitab Pararaton, Ken Arok berasal dari keluarga petani Desa Pangkur (sebelah timur Gunung Kawi).

Ken Arok, pada awalnya hanya merupakan seorang pelayan dari Akuwu Tumapel bernama Tunggul Ametung. Dia memiliki ambisi yang tinggi, dengan perhitungan dan perencanaan yang matang, Ken Arok berhasil membunuh Tunggul Ametung. Setelah itu, Ia mengangkat dirinya menjadi Akuwu di Tumapel dan mengawani istri Tunggul Ametung yang bernama Ken Dedes.  Ken Arok kemudian berniat melepaskan Tumapel dari kekuasaan Kerajaan Kadiri.

Pada tahun 1254 terjadi pertentangan antara Kertajaya, raja Kerajaan Kadiri dengan kaum brahmana. Para brahmana lalu bergabung dengan Ken Arok dan mengangkat dirinya menjadi raja pertama Tumapel bergelar Sri Rajasa Sang Amurwabhumi. Perang melawan Kerajaan Kadiri terjadi di desa Ganter yang dimenangkan oleh Tumapel.

Tertulis dalam Prasasti Mula Malurung atas nama Kertanagara tahun 1255, menyebutkan bahwa pendiri Kerajaan Tumapel adalah Bhatara Siwa. Menurut kitab Pararaton  Ken Arok pernah menggunakan julukan Bhatara Siwa.

Raja-Raja dan Kehidupan Politik

Berikut ini adalah raja-raja yang pernah memimpin Kerajaan Singasari dan kehidupan politiknya:

1. Ken Arok (1222–1227).

Sebagai pendiri kerajaan, Ken Arok memiliki gelar Sri Ranggah Rajasa Sang Amurwabumi. Munculnya Ken Arok sebagai raja pertama Singasari menandai munculnya suatu dinasti baru, yakni Dinasti Rajasa (Rajasawangsa) atau Girindra (Girindrawangsa). Ken Arok hanya memerintah selama lima tahun (1222–1227). Pada tahun 1227 Ken Arok dibunuh oleh seorang suruhan Anusapati (anak tiri Ken Arok). Ken Arok dimakamkan di Kegenengan dalam bangunan Siwa– Buddha.

2. Anusapati (1227–1248).

Setelah meninggalnya Ken Arok maka takhta Kerajaan Singasari jatuh ke tangan Anusapati. Dalam jangka waktu pemerintahaannya yang lama, Anusapati tidak banyak melakukan pembaharuan-pembaharuan karena larut dengan kesenangannya menyabung ayam.

Peristiwa kematian Ken Arok akhirnya terbongkar dan sampai juga ke Tohjoyo (putra Ken Arok dengan Ken Umang). Tohjoyo mengetahui bahwa Anusapati gemar menyabung ayam sehingga diundangnya Anusapati ke Gedong Jiwa ( tempat kediamanan Tohjoyo) untuk mengadakan pesta sabung ayam. Pada saat Anusapati asyik menyaksikan aduan ayamnya, secara tiba-tiba Tohjoyo menyabut keris buatan Empu Gandring yang dibawanya dan langsung menusuk Anusapati. Dengan demikian, meninggallah Anusapati yang didharmakan di Candi Kidal.

3) Tohjoyo (1248)

Setelah membunuh Anusapati, Kerajaan Singasari direbut oleh Tohjoyo. Namun, Tohjoyo memerintah Kerajaan Singasari tidak lama sebab anak Anusapati yang bernama Ranggawuni berusaha membalas kematian ayahnya. Dengan bantuan Mahesa Cempaka dan para pengikutnya, Ranggawuni berhasil menggulingkan Tohjoyo dan kemudian menduduki singgasana.

4) Ranggawuni (1248–1268)

Ranggawuni naik takhta Kerajaan Singasari pada tahun 1248 dengan gelar Sri Jaya Wisnuwardana oleh Mahesa Cempaka (anak dari Mahesa Wongateleng) yang diberi kedudukan sebagai ratu angabhaya dengan gelar Narasinghamurti. pemerintahan Ranggawuni membawa ketenteraman dan kesejahteran rakyat Singasari.

Pada tahun 1254, Wisnuwardana mengangkat putranya yang bernama Kertanegara sebagai yuwaraja (raja muda) dengan maksud mempersiapkannya menjadi raja besar di Kerajaan Singasari. Pada tahun 1268 Wisnuwardanameninggal dunia dan didharmakan di Jajaghu atau Candi Jago sebagai Buddha Amogapasa dan di Candi Waleri sebagai Siwa.

5) Kertanegara (1268–-1292).

Kertanegara adalah Raja Singasari terakhir dan terbesar karena mempunyai cita-cita untuk menyatukan seluruh Nusantara. Ia naik takhta pada tahun 1268 dengan gelar Sri Maharajadiraja Sri Kertanegara.

Pada tahun 1275 ia mengutus pasukan Ekspedisi Pamalayu untuk menjadikan Sumatra sebagai benteng pertahanan dalam menghadapi ekspansi bangsa Mongol. Saat itu penguasa Sumatra adalah Kerajaan Dharmasraya (kelanjutan dari Kerajaan Malayu). Kerajaan ini akhirnya dianggap telah ditundukkan, dengan dikirimkannya bukti arca Amoghapasa  dari Kertanagara, sebagai tanda persahabatan kedua negara.

Pada tahun 1284, Kertanagara juga mengadakan ekspedisi menaklukkan Bali. Pada tahun 1289 Kaisar Kubilai Khan mengirim utusan ke Singhasari meminta agar Jawa mengakui kedaulatan Mongol. Namun permintaan itu ditolak tegas oleh Kertanagara. Nagarakretagama menyebutkan daerah-daerah bawahan Singhasari di luar Jawa pada masa Kertanagara antara lain, Melayu, Bali, Pahang, Gurun, dan Bakulapura.

Agama, Prasasti & Peninggalan Budaya

Pada masa awal Singasari beragama Hindu, namun Kertanagara berhasil menyatukan agama Hindu aliran Syiwa dengan Budha aliran Tantrayana.

Peninggalan kebudayaan Kerajaan Singasari, antara lain berupa prasasti, candi, dan patung. Candi peninggalan Kerajaan Singasari, antara lain Candi Jago, Candi Kidal, dan Candi Singasari. Adapun patung-patung yang berhasil ditemukan sebagai hasil kebudayaan Kerajaan Singasari, antara lain Patung Ken Dedes sebagai Dewi Prajnaparamita lambang dewi kesuburan dan Patung Kertanegara sebagai Amoghapasa.

Keruntuhan Kerajaan Singasari

Serangan dari Mongol dan usaha perluasan wilayah membuat pertahanan dalam negeri Singasari menjadi lemah. Hal ini dimanfaatkan oleh Jayatkawang, Pada tahun 1292  bupati Gelanggelang ini, yang merupakan sepupu, sekaligus ipar, sekaligus besan dari Kertanagara sendiri menyerbu Ibukota. Dalam serangan itu Kertanagara mati terbunuh.

Setelah runtuhnya Singasari, Jayakatwang menjadi raja dan membangun ibu kota baru di Kerajaan Kadiri. Riwayat Kerajaan Tumapel-Singhasari pun berakhir.

Peninggalan Kerajaan Singasari

Pasca runtuhnya Kerajaan Singasari meninggalkan sepenggal sejarah serta peninggalannya yang menunjukkan pernah terjadinya sebuah kejayaan dari kerajaan ini. Hadirnya berbagai peninggalan kerajaan ini tentu menjadi saksi bahwa kerajaan ini merupakan salah satu kerajaan besar yang menguasai Nusantara. Berikut beberapa peninggalannya:

Candi Jago

Singasari memiliki peninggalan sejarah bernama Candi Jago dengan arsitektur yang menyerupai teras punden berundak. Meski begitu, candi ini memiliki bentuk yang cukup ini akibat bagian atasnya yang hanya tersisa sebagian saja.

Menurut catatan sejarah, candi ini pernah tersambar petir. Saat mengunjunginya pun Anda akan menjumpai relief Kunjarakarna serta relief Pancatantra. Candi ini pun menggunakan batu andesit dalam membangunnya sekaligus tempat dari Raja Kertanegara beribadah.

Candi Singasari

Candi Singasari menjadi peninggalan sejarah tak terlupakan. Candi ini berlokasi di Kecamatan Singasari, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Tepatnya di lembah antara Gunung Arjuna dan Pegunungan Tengger. Dalam Prasasti Gajah Mada dan Kitab Negarakertagama disebutkan bahwa pada tahun 1351 Masehi, Candi Singasari adalah kediaman terakhir yang disinggahi oleh Raja Kertanegara.

Sebagai pemimpin terakhir dari Singasari, Raja Kertanegara tewas terbunuh di tahun 1292 Masehi akibat serangan yang dilakukan oleh Jayakatwang. Ia memimpin tentara Gelang-gelang untuk menyerang Raja Kertanegara. Selain itu, terdapat dugaan juga bahwa candi ini tidak pernah selesai dalam pembangunannya.

Arca Dwarapala

Peninggalan selanjutnya adalah sebuah arca bernama Dwarapala. Arca ini berbentuk menyerupai monster dengan ukuran yang terbilang cukup besar. Juru kunci tempat tersebut pun mengatakan bahwa arca ini adalah tanda bahwa Anda sudah memasuki wilayah Kotaraja.
Hingga saat ini pun lokasi Kotaraja Singasari tidak pernah ditemukan secara pasti. Untuk itulah mengapa arca ini dikategorikan sebagai peninggalan sejarah dari kerajaan ini.

Candi Sumberawan

Merupakan satu-satunya bangunan stupa yang bisa Anda jumpai di Jawa Timur. Candi ini sendiri berada di sekitar 6 km dari wilayah Candi Singasari. Selain dikategorikan sebagai peninggalan kerajaan, candi ini juga digunakan sebagai tempat ibadah oleh umat Buddha pada saat itu.
Jika Anda melihat dan mengamatinya dari jauh, maka candi ini akan terlihat cukup indah karena lokasinya yang dekat dengan telaga yang memiliki air cukup jernih. Itulah mengapa candi ini diberi nama dan disebut dengan Candi Sumberawan.

Prasasti Mula Malurung

Peninggalan lain dari Kerajaan Singasari adalah Prasasti Mula Malurung yang merupakan suatu piagam penganugerahan dan pengesahan dari Desa Malurung dan Desa Mula kepada tokoh bernama Pranaraja. Prasasti ini memiliki bentuk seperti lempengan-lempengan tembaga yang dibuat atas perintah ayah dari Raja Kertanegara sekitar tahun 1255.

Meski begitu, lempengan-lempengan yang ada ditemukan dalam dua waktu yang berbeda. Yakni lempengan pertama ditemukan pada tahun 1975 di Kota Kediri. Kemudian lempengan kedua baru ditemukan sekitar bulan Mei 2001 pada lapak penjual barang loak yang tidak jauh dengan lokasi sebelumnya.
Saat ini lempengan-lempengan dari prasasti Mula Malurung tersebut sudah disimpan pada Museum Nasional yang ada di Jakarta.

Beberapa benda di atas merupakan saksi sekaligus peninggalan Singasari yang sampai saat ini bisa Anda temukan. Kerajaan ini sendiri merupakan salah satu dari sekian banyak kerajaan yang ada di Jawa Timur. Dengan kejayaannya yang dipimpin oleh Raja Kertanegara, kerajaan ini mampu membuat perubahan di Nusantara menjadi lebih baik.

Berbagai peninggalan sejarah dari kerajaan ini juga bisa Anda kunjungi langsung di Jawa Timur. Berdasarkan kepemimpinan dari Raja Kertanegara sendiri, dapat disimpulkan bahwa generasi muda wajib meneruskan cita-cita dari penguasa sebelumnya. Yakni dalam hal menyatukan wilayah Indonesia dengan baik.

Meski begitu, tak cukup hanya dengan generasi muda saja, namun juga harus diikuti oleh seluruh masyarakat yang ada di Indonesia untuk memperjuangkan cita-cita luhur dari Raja Kertanegara tersebut.