Kisah Lebai Malang

Pak Lebai merupakan orang yang plin-plan. Dia selalu berubah pikiran sebelum ia melakukan sesuatu. Dia tinggal di sebuah perkampungan di sebelah batang air. Hampir setiap hari, dia selalu menggunakan biduk untuk bepergian di sepanjang sungai.

Pada suatu hari, Pak Lebai mendayung sampannya di sungai. Tiba-tiba, ia mendengar seseorang memanggil namanya. Ternyata ia adalah tetangganya.

“Pak Lebai, Anda bisa datang ke rumah saya besok? Aku akan mengadakan pesta”, tanya tetangganya.

Pak Lebai senang. Dia menyukai pesta karena ia bisa makan makanan lezat. Dia juga bisa mendapatkan kepala kerbau dari pesta.

Masih pada hari yang sama, ia mendapat undangan yang lain. Kedua undangan pesta membuatnya bingung.

Kedua belah pihak diadakan pada saat yang sama, tetapi pada tempat yang berbeda. Dua tetangga yang mengundangnya tinggal di sisi yang berbeda dari sungai. Salah satu tetangga tinggal di sisi timur dan satu lagi tinggal di sisi barat.

“Aku akan pergi ke sisi timur. Saya dapat memiliki dua kepala kerbau. Dia lebih kaya,” kata Pak Lebai.

Pada hari berikutnya, ia mendayung sampan dengan kuat ke sisi timur. Dia tidak ingin terlambat dan kehilangan kepala kerbau. Dalam perjalanan ke pesta, ia bertemu dengan beberapa teman.

“Pestanya mengecewakan. Tidak banyak kepala kerbau. Dia sangat pelit,” kata salah satu dari mereka.

“Saya tidak peduli. Saya tetap akan datang. Dia adalah teman saya. Saya yakin dia akan memberi saya kepala kerbau,” kata Pak Lebai.

Dia segera mendayung sampannya. Tepat sebelum ia tiba di sisi timur sungai, ia berubah pikiran. Dia tahu pembawa acaranya pelit. Ia berpikir bahwa ia tidak akan mendapatkan kepala kerbau.

Jadi dia berbalik arah dan pergi ke sisi barat. Sekali lagi, ia mendayung sampan dengan kuat. Dia tidak punya banyak waktu. Sayangnya, tepat sebelum ia tiba di sisi barat ia bertemu teman-temannya lagi.

“Apa yang kau lakukan di sini, Pak Lebai? Pestanya sudah selesai.” Pak Lebai marah dan menyalahkan dirinya sendiri karena plin-plan.

Dia juga lelah karena ia mengayuh bolak-balik di sungai. Kemudian ia tertidur di sampan. Dia tidak menyadari sampan hanyut di sungai. Ketika ia terbangun, ia sudah berada di desa yang berbeda.

Ketika semua tetangganya mendengar apa yang terjadi pada Pak Lebai, maka mereka semua mulai memanggilnya Pak Lebai Malang.