Legenda Terbentuknya Danau Singkarak

Danau Singkarak dengan luas 107,8 m2 merupakan danau terluas kedua setelah Danau Toba di Pulau Sumatra, Indonesia. Danau yang berada di ketinggian 36,5 meter dari permukaan laut ini terletak di dua kabupaten di Provinsi Sumatra Barat, yaitu Kabupaten Solok dan Kabupaten Tanah Datar.  Jika para wisatawan yang ingin menikmati keindahan panorama Danau ini, ada beberapa titik yang perlu di singgahi yakni di Daerah Kenagarian Kacang, Paninggahan, Malalo dan Pitalah.

Menurut penduduk setempat ada sebuah cerita yang turun temurun di”kaba” kan tentang asal mula terbentuk nya Danau Singkarak. Bagaimana terbentuk nya Danau Singkarak? Kita simak dibawah ini mengenai Legenda Terbentuknya Danau Singkarak

Pada zaham dahulu kala, di sebuah taratak kecil di nagari Minangkabau, menetaplah keluarga Pak Buyung. Pak Buyung tinggal di sebuah gubuk kecil di pinggir sawah bersama istri dan seorang putra. Putra pak Buyung masih kecil , Ia bernama Indra. Sehari-harinya, Pak Buyung bersama istrinya mengumpulkan hasil-hasil hutan dan menangkap ikan.

Indra sering membantu kedua orang tuanya ke hutan maupun ke laut. Hal ini membuat bangga kedua orang tuanya. Namun, ada hal yang membuat mereka risau. Dalam sekali makan, Indra dapat menghabiskan setengah bakul nasi dengan lauk beberapa piring.

Suatu ketika, musim paceklik datang. Keluarga Pak Buyung pun harus berhemat. Jika tidak ada nasi, mereka makan ubi atau yang lain. Kesulitan mendapatkan makanan membuat mereka hampir berputus asa.

“Ayah, aku sangat lapar,” keluh Indra.

“Kalau lapar, carilah makanan ke hutan atau ke laut!” seru sang Ayah. “Kamu memang masih anak-anak, tapi makanmu banyak.”

Sang Ibu pun membujuk Indra agar berangkat ke Bukit Junjung Sirih untuk mencari hasil hutan di Bukit. Indra menurut. Sebelum berangkat, ia memberi makan ayam piaraannya yang bernama Taduang. Taduang adalah seekor ayam yang pandai. Setiap Indra pulang, Taduang selalu berkokok menyambut kedatangan tuannya.

Menjelang siang, Indra pulang tanpa membawa hasil. Setelah beristirahat, ia pergi ke laut untuk mencari ikan. Tak lama setelah itu, sang Ibu juga berangkat ke sebuah Tanjung, agak jauh dari tempat India mencari ikan.

Sore hari, sang Ibu pulang membawa banyak kerang. Kemudian, kerang itu diolah menjadi makanan.

“Wah, harum sekali aromanya,” puji sang Ayah. “Bu, apakah kerang ini cukup untuk kita makan bertiga? Indra kan makannya banyak.”

“Apa yang harus kita lakukan, Pak?” tanya sang Ibu.

“Bagaimana kalau kita makan diam-diam?” saran sang Ayah. Sang Ibu pun mengangguk. Lalu, keduanya menyantap kerang itu dengan lahapnya.

Menjelang malam, Indra pulang. Indra sangat kelaparan. Begitu masuk, ia menuju dapur. Betapa terkejutnya ia ketika melihat kedua orang tuanya tertidur pulas di ruang dapur. Di sekeliling mereka berserakan piring makan, bakul nasi, dan kulit kerang.

Alangkah sedihnya hati Indra menyaksikan semua itu. Ia pun berjalan keluar dari gubuknya sambil menangis. Melihat kesedihan Indra, Taduang pun berkokok berkali-kali, lalu mengepak-ngepakkan sayapnya. Beberapa saat kemudian, Taduang terbang ke udara. Indra segera berpegangan pada kaki Taduang. Saat tubuh India terangkat, batu ternpat Indra duduk ikut terangkat dan membesar. Kemudian, batu itu melesat dan menghantam salah satu bukit di sekitar laut. Hantaman itu membentuk lubang memanjang. Dengan cepat, air laut mengisi lubang itu sehingga membentuk aliran sungai.

Konon, itulah yang menjadi asal mula Sungai Batang Ombilin. Semakin lama, air laut semakin menyusut dan berubah menjadi Danau Singkarak.