Pasola, Eksotisme Perang Berkuda di Sumba

Adat Pasola merupakan suatu kekayaan budaya bangsa Indonesia yang berasal dari Pulau Sumba yang khas dan langka. Pasola sendiri merupakan atraksi perang yang dilakukan oleh dua kelompok dengan kuda. Setiap kelompok terdiri lebih dari 100 pemuda bersenjatakan tombak yang dibuat dari kayu berdiameter 1,5 cm dengan ujung yang tumpul.

Pasola menarik perhatian karena Pasola merupakan perpaduan antara unsur upacara keagamaan tradisional yakni upacara sakral Marapu yang di wujudkan dalam perang tanding serta unsur-unsur seni, olahraga, lomba dan hiburan, namun unsur yang paling utama adalah upacara sakral, sebab semua kegiatan seni tradisional Indonesia tak dapat dipisahkan dari upacara yang bersifat keagamaan.

Pasola tidak sekadar menjadi bentuk keramaian, tetapi menjadi salah satu bentuk pengabdian dan aklamasi ketaatan kepada sang leluhur. Pasola merupakan kultur religius yang mengungkapkan inti religiositas agama Marapu. Adat Pasola dilaksanakan guna menyatukan masyarakat antara daerah yang satu dengan yang lain yang ada di Pulau Sumba dan memperkokoh persatuan dan kesatuan dan kekerabatan, serta meningkatkan silaturrahim dalam kehidupan bermasyarakat pada umumnya.

Sebagaimana tradisi-tradisi dalam upacara adat disetiap masyarakat, upacara Adat Pasola di Kabupaten Sumba Barat Daya memiliki arti penting bagi masyarakat setempat. Upacara Adat Pasola merupakan upacara puncak kebudayaan masyarakat Sumba. Dengan kata lain dapat diartikan sebagai suatu penghelatan tradisional masyarakat di Kabupaten Sumba Barat Daya dengan maksud dan tujuan tertentu.

Tujuan pesta Adat Pasola adalah untuk meminta keberkahan dan restu dari sang pencipta agar panen yang dilaksanakan di musim panen mendapatkan berkah yang melimpah dan menuai hasil yang baik. Pasola diadakan setiap tahun sekali, sebelum kegiatan bertani berlangsung. Pasola bukan hanya sebagai pesta kegembiraan semata, namun lebih pada penghormatan kepada para leluhur, perintah yang di turunkan secara turun-temurun oleh nenek moyang mereka agar Pasola diadakan setiap tahun, menjadikan sebuah kultur adat yang unik khususnya bagi kepercayaan Marapu.

Bagi Agama Marapu, cucuran darah yang tertumpah pada pesta Adat Pasola bukan merupakan sebuah aib namun merupakan berkat yang melimpah dari sang pencipta untuk kesuburan tanah panenan dan tanah yang mereka diami. Pasola dianggap sebagai penyelesaian terhadap peristiwa perang suku yang terjadi untuk kembali menjaga perdamaian dan terjalin semangat persaudaraan antar setiap suku sehingga merekapun bisa hidup berdampingan dan menyatu kembali satu sama lainnya.

Selama acara Pasola diadakan kedua kelompok yang bermain Pasola dan penonton larut dalam kegembiraan dan kesenangan, menyaksikan pertempuran permainan Pasola yang begitu dramastis, adu ketangkasan, lengkingan teriakan para penonton, ayunan lembing kayu, lincahnya kuda melaju dan lihainya para pemain menghindar tombakan lawan, dan luapan aroma mistis, bercampur menjadi satu dalam suasana penuh kejutan sembari mengucap syukur pada sang pencipta.

Pelaksanaan Pasola tidak hanya merupakan permainan yang bersifat badaniah (profan), melainkan juga mempresentasikan ketaatan para pemeluk kepercayaan Marapu dalam melaksanakan adat istiadat para leluhurnya, oleh karena bersifat sakral, maka sebelum pelaksanaan Pasola para tetua adat melakukan semedi dan Lakutapa (puasa) untuk memohon berkah kebaikan kepada para leluhur dan para Dewa. Selain memiliki nilai sakral, secara fungsional Pasola juga dapat di lihat sebagai elemen pemersatu bagi masyarakat Sumba.

Pada hakikatnya, Pasola merupakan ritual kepercayaan yang bagi para penganut kepercayaannya bersendikan pada elemen alam terpenting yaitu demi menjaga keharmonisan antara manusia dengan leluhur atau nenek moyangnya sebagai leluhurnya adalah pembawa kesuburan dan kemakmuran bagi mereka, lazimnya Pasola diselenggarakan sebagai puncak seremoni adat yang disebut Nyale yakni upacara ritual adat untuk memohon restu para Dewa dan arwah nenek moyang sebagai leluhurnya dengan maksud agar panen pada tahun tersebut berhasil dengan baik.

Pasola sesungguhnya mengandung nasihat yang sangat dalam, nasihat itu ialah dalam hidup manusia harus bekerja keras, tekun, sabar, jujur, dan bertanggung jawab serta mampu membedakan apa yang baik dan apa yang buruk, manusia juga dituntut untuk mampu menjaga keseimbangan antara alam rohani dan alam jasmani, antara kebutuhan fisik material dan kebutuhan mental spiritual.

Di kalangan masyarakat Kodi adanya keyakinan dan prinsip bahwa luka-luka, sakit, atau cedera yang dialami para peserta Pasola, merupakan kenyataan-kenyataan yang harus dialami sebelum mereka meraih kesuksesan dan kemenangan. Mereka harus lebih dahulu berkorban, gigih berjuang dan mengalami aneka penderitaan dan kesulitan sebelum mencapai kesuksesan dan kemenangan.