Peta dunia versi jaman Renaisans tersebut dipamerkan David Rumsey Map Center pada bulan September 2017 lalu. Peta itu memiliki halaman-halaman dengan sajian visual dua dimensi serta mengajak orang melihat dunia.
Keunikan peta tersebut adalah tidak hanya gambar pulau atau benua saja, tetapi ada ilustrasi makhluk mitosseperti pegasus, kuda berkepala manusia atau centaur, putri duyung dan grifon atau binatang khayalan, di beberapa lokasi di peta.
“Ini adalah peta dunia terbesar yang dibuat selama zaman Renaisans, pada awal era modern,” kata kolektor peta David Rumsey.
Proses digitalisasi peta karya Monte dimulai ketika David Rumsey Map Center memperoleh peta yang berisi tiga dokumen awal dan asli milik Monte. Para peneliti kemudian menyusun halaman pada peta seperti menyusun naskah menjadi buku.
Ketika itu peneliti menemukan petunjuk yang berisi keinginan Monte soal bagaimana seharusnya peta itu dilihat. Lalu dengan memindai per halaman, para ilmuwan dapat menyusun petadigitalberukuran 3×3 meter, persisi seperti apa yang diinginkan Monte.
“Idenya adalah agar bisa disatukan dan digantung di dinding dengan lubang di tengahnya, sehingga Anda bisa benar-benar melihatnya seperti cakram,” kata Mohammed. Peta ini menjadi peta dunia terbesar yang dibuat pada masa Renaisan.
Sementara itu, sejarawan mencatat bahwa Monte adalah seorang bangsawan kaya raya. Monte menekuni seni membuat peta atau kartografi sejak umur 41. Urbano Monte tinggal di Italia (1544-1613).
Saat berusia 35, Monte menikah dengan Margarita Niguarda yang saat itu berusia 18 tahun. Mereka dikarunia lima orang anak. Kekayaan Monte tidak mengharuskan dirinya bekerja layaknya warga biasa.
Berdasar informasi dari David Rumsey Map Center, Monte menghabiskan waktunya untuk berburu buku untuk dikumpulkan di perpustakaannya yang terkenal dan belajar ilmu pengetahuan.
Salah satu pemicu Monte tertarik menjadi kartografer adalah saat dirinya pertama kali berkunjung ke kedubes Jepang yang berdiri di Eropa pada tahun 1585.
Ilmu geografi Jepang lah yang menarik hati Monte dan berdasar informasi yang ada di atlas milik Monte, pada saat itu “mural peta” juga baru menjadi tren dekorasi di Italia.
Monte memulai proyek melukis atlas dengan mengandalkan sumber kontemporer dan mengkonsolidasikan dengan pengetahuan geografis, tambah Mohammed.
Kemudian, bagaimana gambar makhluk- makhluk mitos itu bisa muncul di peta?
Mohammed menjelaskan bahwa proyeksi makluk mitos tersebut memang terlihat aneh di masa sekarang, namun hal ini cukup masuk akal di jamannya.
“Hal yang menarik lainnya, Monte menggambar pulau Jepang dengan ukuran lebih besar di petanya. Pulau-pulau di Jepang dia gambar secara horisontal bukan vertikal. Ini sebetulnya menunjukan kedekatan dan pengetahuannya tentang Negeri Matahari Terbit tersebut,” terang Mohammed.
Sekarang, masyarakat dapat melihat manuskrip yang sebenarnya, salinan cetaknya dan versi digitalnya di layar sentuh di Stanford University, tempat para ilmuwan mempelajari peta langka tersebut.