Sebagai sebuah gaya artistik, Rococo mungkin kurang banyak dikenal di Indonesia, kepopulerannya kalah jauh jika dibandingkan dengan gaya-gaya desain seperti Victorian, Modern, Minimalis dan lain sebagainya. Padahal, gaya Rococo ini sempat menjadi trend yang digandrungi pada masanya. Di daratan Eropa, Rococo dijadikan istilah untuk menggambarkan suatu bentuk gaya artistik yang bersifat fancy atau mewah. Pada masa-masa awalnya, Rococo lahir dan berkembang di Perancis pada abad ke-18 Masehi sebagai bentuk reaksi perlawanan terhadap prinsip-prinsip rigid – kaku dari gaya artisitk Baroque.
Istilah Rococo sebenarnya merupakan kombinasi dari istilah Perancis yaitu; “rocaille” yang bermakna ornamentasi taman dan interior rumah dengan motif cangkang kerang, dan istilah “barocco” yang berarti “permata yang luar biasa indah, atau sesuatu yang digambarkan dengan indah, mempesona dan unik”. Gaya artistik Rococo pada dasarnya meliputi hampir seluruh aspek-aspek seni, mulai dari seni lukis, patung, arsitektur, desain interior, seni dekorasi, hingga sastra, musik dan teater. Namun tentu saja pada tulisan kali ini, kita hanya membatasi pembahasan gaya Rococo pada ruang lingkup seni rupa saja.
Dibandingkan dengan gaya-gaya artistik sebelumnya, Rococo memiliki kekhasan tersendiri. Gaya Rococo tidak dapat dinilai hanya berdasarkan satu obyek saja, misalnya karya lukisnya saja, atau dari produk-produk furniture-nya saja. Untuk mengapresiasi dan menikmati keindahan gaya ini, apresiator atau penikmat harus melihat bagaimana obyek-obyek dengan gaya artistik Rococo ini satu sama lainnya saling mendukung dan menyatu untuk membentuk suatu keindahan interior ruangan yang berkarakter khas.
Pada masanya, gaya Rococo dapat dinikmati pada ruang-ruang yang disebut salon – ruang yang dibangun dan disediakan oleh kerajaan, bangsawan dan kaum borjuis sebagai tempat berkumpulnya para elite, socialita dan kaum intelektual. Salon-salon ini tidak terbuka untuk umum, maka tidak bisa sembarangan orang yang dapat memasuki ruang-ruang elite ini. Pada ruang-ruang salon ini, dinding-dindingnya dipenuhi dengan dekorasi serta hiasan-hiasan obyek-obyek tiga dimensional yang berlapis emas dan perak dengan paduan warna putih yang cemerlang. Lukisan-lukisan tidak berdiri dan menonjol sendirian, tetapi dipajang berdampingan dengan ornamen-ornamen mewah seperti Chandelier – tempat lilin dari kristal, Void Wall/Mirror Wall – cermin dengan ukuran sebesar dinding serta furniture-furniture mewah dan berkelas.
Gaya Rococo tidak hanya berhenti pada masanya saja. Di masa-masa selanjutnya, banyak gaya-gaya artistik lainnya yang kemudian mengadopsi unsur-unsur visual yang khas dari Rococo. Rococo pun banyak memberikan kontribusi pada bidang-bidang lainnya, misalnya saja arsitektur dan dunia furniture. Pada dua bidang ini, Rococo menjadi titik balik yang merubah tata aturan arsitektur serta konstruksi furniture, hingga menjadi apa yang dapat kita nikmati hari ini. Untuk dunia desain interior dan dekorasi rumah, Rococo hadir kembali dalam bentuk yang berbeda, banyak orang yang menyebutnya sebagai Shabby Chic. Kedua gaya artistik ini memang tidak begitu serupa, namun diantara yang lainnya, Shabby Chic -lah yang paling banyak mewarisi elemen-elemen serta gagasan visual dari Rococo.