Pendidikan Rakyat
Pemikiran pendidikan Tan Malaka menjadi hal menarik yang patut didiskusikan. Tan Malaka memang menaruh perhatian lebih di bidang pendidikan. Hal tersebut dibuktikan ketika Tan Malaka memilih bergerak di ranah pendidikan ketika memasuki Semarang pada Juli 1912.23 Latar belakang ilmu keguruan serta pengalaman semasa di Deli mendorong tekad Tan Malaka untuk mendirikan sekolah rakyat. Atas inisiasi Sarekat Islam Semarang, Sarekat Islam School (SI School) kemudian didirikan dengan tanggungjawab pelaksanaan di tangan Tan Malaka.
Tan Malaka kini mendapatkan wadah dalam mengartikulasikan serta mengaktualisasikan konsep pendidikannya. Artikulasi konsep pendidikan Tan Malaka tampak di dalam brosur ‘SI Semarang dan Onderwijs’ (1921) yang memuat tiga aspek haluan Tan Malaka amat dipengaruhi periodisasi sejarah marxisme yang mendambakan kehadiran zaman komunisme. Dalam imaji Tan Malaka, zaman komunisme dapat dicapai dengan jalan pembentukan negara republik soviet.
Dalam perspektif Tan Malaka, kemerdekaan harus dirasakan dan didapat oleh kaum proletar dengan jalan revolusi total dalam arti sesungguhnya.
Kemerdekaan harus dilihat dari penguasaan alat produksi. Artinya, kemerdekaan dapat diukur dengan Lihat Brosur Politik (1945) untuk tendensi Tan Malaka terhadap bentuk pemerintahan Republik, sistem birokrasi soviet serta kemerdekaan dan kedaulatan 100%.
Tan Malaka melihat iklim politik kurang begitu mendukung sehingga ia memutuskan bergerak di bidang pendidikan. Sementara itu, bagaimana pada akhirnya Tan Malaka terjun ke dunia politik praktis lahir dari ‘kekurangan tenaga di semua lapangan’. Keberangkatan Semaun dan Darsono ke Moskow memberikan peluang bagi Tan Malaka yang saat itu masih berusia sekitar 24 tahun untuk mengambilalih kepemimpinan politik PKI. Lihat Dari Penjara ke Penjara (DPkP) . Hlm. 90-98. Meskipun demikian kesaksian Tan Malaka tersebut agaknya bersifat apologetis bila melihat zeitgeist pada awal abad-XX yang cenderung menarik tokoh-tokoh dalam pergerakan politik.
Dalam konsep Tan Malaka, pendidikan bersifat kerakyatan. Pendidikan tidak ditujukan untuk menghasilkan state apparatus kolonial, melainkan diarahkan sebagai dasar pemberdayaan dalam mengangkat derajat rakyat. Tan Malaka berpendapat:
“Tujuan kami bukan mendidik murid menjadi juru tulis seperti sekolah gouvernement. Melainkan, selain untuk mencari nafkah diri sendiri dan keluarga, juga untuk membantu rakat dalam pergerakannya. Jelaslah, bahwa dasar yang diapakai ialah kerakyatan dalam masa penjajahan, hidup bersama rakyat untuk mengangkat derajat rakyat. Bukanlah untuk menjadi satu kelas yang terpisah dari rakyat dan dipakai oleh pemerintah penindas bangsa sendiri. Sesuai dengan dasar dan tujuan yang demikian, maka metodenya memajukan kecerdasan, perasaan dan kemauan murid, disesuaikan dengan kepentingan rakyat jelata, pekerjaan rakyat sehari-hari, idaman rakyat dan pergerakan serta organisasi rakyat. ” (DPkP. Hlm. 94)
Praktik pendidikan dalam imaji Tan Malaka dilaksanakan tanpa ‘kelas’ yang akan menghasilkan masyarakat tanpa kelas. Tidak ada diskriminasi antar kaum dalam praktik pendidikan. Dalam kerangka pendidikan tersebut, potensi anak mendapatkan perhatian lebih.
Di samping itu, perlu dipahami bahwa konsep pendidikan Tan Malaka bukan semata-mata ditujukan kepada aksi politik radikal. Tan Malaka mengemukakan pendapatnya mengenai politik praktis dan pendidikan selepas dirinya ditangkap dan diasingkan.